Kebatilan Pentakwilan Sekte Jahmiyyah Tentang Istiwa - Kitab Al-Ibanah (Ustadz Dr. Muhammad Nur Ihsan, M.A.)
Bersama Pemateri :
Ustadz Muhammad Nur Ihsan
Kebatilan Pentakwilan Sekte Jahmiyyah Tentang Istiwa merupakan kajian Islam yang disampaikan oleh: Ustadz Dr. Muhammad Nur Ihsan, M.A. dalam pembahasan Kitab Al-Ibanah ‘an Ushul ad-Diyanah karya Syaikh Imam Abul Hasan Ali bin Ismail al-Asy’ari rahimahullah atau terkenal dengan sebutan Imam Abul Hasan al-Asy’ari rahimahullah. Kajian ini disampaikan pada 20 Rabiul awal 1439 H / 08 Desember 2017 M.
Download juga kajian sebelumnya: Dalil-Dalil Yang Menjelaskan Ketinggian Allah diatas Seluruh MakhlukNya – Kitab Al-Ibanah
Kajian Tentang Aqidah Ahlussunnah Tentang Kebatilan Pentakwilan Sekte Jahmiyyah Tentang Istiwa – Kitab Al-Ibanah
Imam Abul Hasan al-Asy’ari menjelaskan kebatilan penta’wilan orang-orang Jahmiyyah atau sekte ahlul kalam yang mengingkari sifat ketinggian Allah dan menta’wil sifat istiwa dengan istaula (menguasai). Tentu ini adalah penta’wilan yang batil yang tiada lain maksudnya adalah mengingkari sifat ketinggian Allah subhanahu wa ta’ala.
Kemudian Imam Abul Hasan al-Asy’ari rahimahullah melanjutkan penjelasan tentang sifat ketinggian Allah dan dalil-dalil yang menjelaskan hal itu. Setelah beliau membantah pendapat yang mengatakan Allah ada di mana-mana, yang ini merupakan aqidah sekte Jahmiyyah. Konsekuensi dari pernyataan orang-orang yang mengatakan Allah ada dimana-mana, berarti Allah ada di tempat-tempat yang kotor. Ini jelas adalah makna yang batil dan bertentangan dengan aqidah kaum muslimin dan bertentangan dengan kebesaran Allah subhanahu wa ta’ala. Bahwa Allah subhanahu wa ta’ala Maha Suci dari yang demikian itu.
Imam Abul Hasan al-Asy’ari berkata bahwa diantara dalil yang mempertegas bahwa Allah subhanahu wa ta’ala tinggi di atas Arsy-Nya yaitu apa yang dinukil para perawi hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
يَتَنَزَّلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ ، مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ ، وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ
“Rabb kita tabaroka wa ta’ala turun setiap malam ke langit dunia hingga tersisa sepertiga malam terakhir, lalu Dia berkata: ‘Siapa yang berdoa pada-Ku, aku akan memperkenankan doanya. Siapa yang meminta pada-Ku, pasti akan Kuberi. Dan siapa yang meminta ampun pada-Ku, pasti akan Kuampuni’.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits di atas memperkuat makna ketinggian Allah subhanahu wa ta’ala. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan يَتَنَزَّلُ (Allah turun). Ini juga diantara sifat Allah subhanahu wa ta’ala yang berkaitan dengan perbuatan Allah. Allah menginginkan turun disetiap sepertiga malam terakhir.
Tatkala kita mengatakan Allah turun, berarti Allah berada di ketinggian. Karena turun adalah dari ketinggian ke tempat yang rendah. Ini secara makna يَتَنَزَّلُ. Akan tetapi sebagaimana yang telah kita jelaskan bahwa didalam kita mengimani sifat-sifat Allah subhanahu wa ta’ala, kita harus menjauhkan dari benak kita persepsi-persepsi atau makna-makna yang negatif. Jangan sampai memahami sifat tersebut seperti kita memahami sifat makhluk. Turunnya Allah sesuai dengan kebesaran dan keagungan Allah. Tidak serupa dengan turunnya makhluk.
…لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ …
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Allah,.” (QS. Asy-Syura[42]: 11)
Simak Penjelasan Lengkapnya dan Download MP3 Kajian Tentang Kebatilan Pentakwilan Sekte Jahmiyyah Tentang Istiwa – Kitab Al-Ibanah
Podcast: Play in new window | Download